TUGAS MATA KULIAH
EKONOMI WILAYAH
(Dosen : Dr. A. Nixia Tanriawaru, S.P., M.Si.)
Nama : WASIDI NIM
: P02 0421 2510--Mahasiswa Pascasarjana UNHAS
A.
PENDAHULUAN
Kabupaten
Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
dengan luas wilayah 1.485,36 km2. Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada
Tahun 2011 sebesar 677.999 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa. Jumlah
penduduk terbanyak di Kecamatan Wonosari sebesar 79.359 jiwa, dan terkecil di
Kecamatan Purwosari sebesar 19.493 jiwa.
Sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan disajikan dalam Gambar 1.
Gambar
1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Gunungkidul Menurut Kecamatan
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah
tertinggal, terkenal sebagai daerah kering dan kurang subur, sehingga wajar
bila pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul selalu lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan
kota lain di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekitar 53,70% dari luas
total Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan karst yang berbukit-bukit dengan
daya dukung rendah terhadap perekonomian masyarakat. Berdasarkan wilayah
pengembangan, kawasan karst terdapat pada zona selatan yang meliputi 8
(delapan) kecamatan , yaitu: Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus,
Tanjungsari, Rongkop, dan Girisubo. Lahan pertanian Kabupaten Gunungkidul terdiri
dari sawah irigasi teknis (130 ha), sawah irigasi setengah teknis (1.092 ha),
sawah irigasi sederhana (1.051 ha), sawah irigasi non PU/desa 978 ha), sawah
tadah hujan/tegal (5.514 ha) dan kolam/tambak (108 ha). Sedangkan sebagian besar lahan pertanian yang
ada merupakan lahan kering tadah hujan yang biasanya diusahakan untuk usaha
tani padi, ketela, palawija, maupun tanaman jangka panjang.
B. ANALISA
PDRB
Salah
satu keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi pertumbuhan
ekonomi. PDRB Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan
positif yaitu 3.474.288 juta rupiah,
naik sebesar 144.209 juta dari PDRB tahun 2010 yang hanya sebesar 3.330.079
juta rupiah. PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten
Gunungkidul 2010-2011 disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga
Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Gunungkidul 2010-2011.
No
|
Lapangan Usaha
|
2010
|
2011
|
1.
|
Pertanian
|
1.268.080
|
1.275.104
|
2.
|
Industri Pengolahan
|
58.472
|
64.730
|
3.
|
Pertambangan dan Galian
|
368.423
|
398.588
|
4.
|
Listrik, Gas & Air Bersih
|
18.999
|
19.777
|
5.
|
Bangunan
|
279.518
|
299.722
|
6.
|
Perdagangan, Hotel & Restoran
|
496.688
|
518.641
|
7.
|
Angkutan & Komunikasi
|
234.644
|
246.973
|
8.
|
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
|
159.910
|
176.430
|
9.
|
Jasa-jasa
|
445.345
|
474.322
|
|
PDRB atas dasar harga konstan 2000
|
3.330.079
|
3.474.288
|
Dilihat
dari struktur ekonomi, penyumbang utama perekonomian Kabupaten Gunungkidul pada
tahun 2011 didominasi dari sektor pertanian (36,70%), diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoran (14,93), sektor jasa-jasa (13,65%) , serta
sektor industri pengolahan (11,47%). Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Sektor/Lapangan Usaha di Kabupaten Gunungkidul pada Tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar
2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor di Kabupaten
Gunungkidul pada Tahun 2011
Program
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk menjadikan wilayah kecamatan sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi, tentu memerlukan informasi yang lengkap dan akurat
tentang perkembangan perekonomian wilayah sampai tingkat kecamatan. Salah satu
tolok ukur perkembangan ekonomi wilayah tersebut adalah angka PDRB. PDRB kecamatan dapat digunakan sebagai salah
satu indikator untuk mempertajam arah investasi dan pengembangan kegiatan
sektoral sesuai dengan karakteristik atau potensi masing-masing wilayah
kecamatan.
Besarnya
PDRB kecamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas wilayah,
tingkat produktivitas/teknologi, investasi, dan tersedianya sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang memadai. PDRB Kecamatan atas dasar harga konstan
2000 menurut Sektor/lapangan usaha di Kabupaten Gunungkidul 2011 disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. PDRB Kecamatan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 menurut Sektor di Kabupaten Gunungkidul 2011.
Kecamatan
|
Sektor
|
|||||||||
Pertanian
|
Pertambangan &
Penggalian
|
Industri Pengolahan
|
Listrik, Gas & Air
Bersih
|
Bangunan
|
Perdagangan, Hotel & Restoran
|
Pengangkutan & Komunikasi
|
Keuangan, Sewa & Jasa
Perusahaan
|
Jasa-Jasa
|
Jumlah
|
|
Panggang
|
63.414
|
2.110
|
11.101
|
645
|
8.677
|
7.409
|
7.960
|
2.971
|
15.612
|
119.899
|
Purwosari
|
41.601
|
665
|
11.314
|
159
|
9.127
|
10.016
|
6.287
|
3.209
|
14.538
|
96.916
|
Paliyan
|
69.859
|
2.605
|
16.002
|
608
|
11.652
|
7.279
|
6.619
|
4.240
|
17.348
|
136.212
|
Saptosari
|
102.077
|
1.140
|
10.229
|
713
|
11.779
|
13.052
|
6.769
|
3.892
|
16.128
|
165.779
|
Tepus
|
58.257
|
1.213
|
16.254
|
485
|
13.696
|
12.448
|
5.672
|
4.389
|
17.303
|
129.717
|
Tanjungsari
|
62.789
|
723
|
15.595
|
397
|
11.148
|
14.817
|
3.366
|
4.807
|
16.541
|
130.183
|
Rongkop
|
57.374
|
1.256
|
9.410
|
893
|
12.582
|
12.253
|
5.580
|
4.481
|
17.696
|
121.525
|
Girisubo
|
59.355
|
609
|
10.868
|
164
|
11.782
|
12.833
|
3.735
|
4.006
|
15.168
|
118.520
|
Semanu
|
97.507
|
6.365
|
25.422
|
1.996
|
20.185
|
49.687
|
15.854
|
6.358
|
20.621
|
243.995
|
Ponjong
|
113.735
|
4.420
|
31.979
|
1.465
|
21.560
|
51.443
|
18.947
|
6.534
|
23.719
|
273.802
|
Karangmojo
|
78.063
|
8.224
|
36.091
|
1.754
|
23.403
|
36.155
|
7.293
|
8.961
|
26.186
|
226.130
|
Wonosari
|
50.180
|
5.507
|
43.787
|
3.822
|
42.494
|
114.111
|
89.283
|
81.149
|
135.089
|
565.422
|
Playen
|
96.113
|
6.494
|
27.989
|
1.965
|
26.114
|
53.519
|
18.498
|
9.586
|
35.345
|
275.623
|
Patuk
|
63.831
|
4.895
|
23.208
|
596
|
13.687
|
14.090
|
7.526
|
6.212
|
22.306
|
156.351
|
Gedangsari
|
55.984
|
943
|
17.571
|
351
|
12.369
|
18.924
|
4.127
|
3.784
|
16.033
|
130.086
|
Nglipar
|
72.995
|
6.415
|
30.928
|
684
|
14.376
|
19.798
|
11.444
|
5.581
|
17.637
|
179.858
|
Ngawen
|
47.611
|
4.961
|
27.015
|
924
|
11.101
|
16.725
|
10.522
|
4.055
|
18.087
|
141.001
|
Semin
|
84.360
|
6.183
|
33.825
|
2.156
|
23.992
|
54.081
|
17.491
|
12.217
|
28.965
|
263.270
|
Jumlah
|
1.275.105
|
64.728
|
398.588
|
19.777
|
299.724
|
518.640
|
246.973
|
176.432
|
474.322
|
3.474.289
|
Berdasarkan PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan
2000, Kecamatan Wonosari memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB
Kabupaten sebesar 565.422 milyar atau mencapai 16,27%. Tingginya PDRB kecamatan
Wonosari ini antara lain disebabkan oleh terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di
kecamatan ini seperti kegiatan perdagangan, jasa, perbankan, dan sektor
angkutan dan komunikasi. Sedangkan
kecamatan dengan PDRB terendah adalah Purwosari sebesar 96.916 milyar atau
andil 2,79% terhadap PDRB Kabupaten. Kecamatan Purwosari dan 7 (tujuh)
kecamatan yang lain termasuk dalam PDRB rendah karena terletak di zona selatan
dengan topografi berbukit-bukit kapur yang memiliki daya dukung terhadap
perekonomian rendah. Untuk sebaran PDRB Kabupaten Gunungkidul Atas Dasar Harga
Konstan menurut Kecamatan Tahun 2011 sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Sebaran PDRB Kabupaten
Gunungkidul Atas Dasar Harga Konstan menurut Kecamatan Tahun 2011
Sebaran
nilai tambah sektor dari tingkat kecamatan di Kabupaten Gunungkidul struktur
ekonominya masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini paling menonjol terletak di
Kecamatan Ponjong yang mencapai 8,92% dari nilai tambah sektor pertanian di
Kabupaten Gunungkidul, diikuti Saptosari, Semanu, dan Playen. Kecamatan
Purwosari memberikan kontribusi terendah dari sektor pertanian hanya sebesar
3,26%. Sebaran nilai tambah sektor
pertanian menurut kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar
4. Sebaran Nilai Tambah Sektor Pertanian menurut Kecamatan Tahun 2011.
C. ANALISIS LOCATION QOUTION (LQ)
Pertumbuhan
ekonomi wilayah ditentukan oleh pertumbuhan sektor produksi yang terdiri dari
sektor basis dan sektor non basis.
Pertumbuhan kedua sektor ini akan meningkatkan nilai tambah dan
meningkatkan kesempatan kerja. Sektor
produksi yang kegiatannnya berorientasi pada pemenuhan pasar diluar wilayah
disebut sektor basis, sedangkan sektor non-basis berorientasi pada pemenuhan
pasar lokal. Salah satu metode untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan melihat sektor basis dan
non-basis menggunakan metode location
quotion (LQ). Kajian LQ memfokuskan pada masalah peranan suatu sektor
terhadap keseluruhan, dengan rumus sebagai berkikut :
Dimana :
LQ = koefisien Location Qoution
Qi
= output sektor i regional (dalam analisis ini kabupaten)
Qn = out put total regional (dalam analisis
ini kabupaten)
qi
= out put sektor i regional (dalam analisis ini kecamatan)
qr
= out put total regional (dalam analisis ini kecamatan)
Jika : LQ > 1, disebut sektor basis (outputnya mampu diekspor ke luar
wilayah)
LQ
< 1, disebut sektor non-basis (cendrung mengimpor dari wilayah lain)
LQ = 1,
tingkat spesialisasi wilayah perencanaan
sama dengan tingkat nasional
(sektor yang dikembangkan = yang
dikembangkan wilayah diatasnya).
Kondisi sebaran sektor basis dan
non-basis menurut kecamatan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Nilai LQ Masing-Masing
Sektor Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Sektor
|
||||||||||
Pertanian
|
Pertambangan & Penggalian
|
Industri Pengolahan
|
Listrik, Gas & Air Bersih
|
Bangunan
|
Perdagangan, Hotel &
Restoran
|
Pengangkutan &
Komunikasi
|
Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
|
Jasa-Jasa
|
|||
|
LQ
|
lokal
|
Ekspor /impor
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
LQ
|
Panggang
|
1,44
|
69,39
|
30,61
|
0,05
|
0,25
|
0,02
|
0,2
|
0,17
|
0,18
|
0,07
|
0,35
|
Purwosari
|
1,17
|
85,5
|
14,5
|
0,02
|
0,32
|
0,01
|
0,26
|
0,28
|
0,18
|
0,09
|
0,41
|
Paliyan
|
1,4
|
71,56
|
28,44
|
0,05
|
0,32
|
0,012
|
0,23
|
0,15
|
0,13
|
0,08
|
0,35
|
Saptosari
|
1,68
|
59,6
|
40,4
|
0,02
|
0,168
|
0,012
|
0,19
|
0,21
|
0,11
|
0,06
|
0,27
|
Tepus
|
1,22
|
81,72
|
18,28
|
0,03
|
0,341
|
0,01
|
0,29
|
0,26
|
0,12
|
0,09
|
0,36
|
Tanjungsari
|
1,31
|
76,09
|
23,91
|
0,02
|
0,326
|
0,008
|
0,23
|
0,31
|
0,07
|
0,1
|
0,35
|
Rongkop
|
1,29
|
77,74
|
22,26
|
0,03
|
0,211
|
0,02
|
0,28
|
0,27
|
0,13
|
0,1
|
0,4
|
Girisubo
|
1,36
|
73,28
|
26,72
|
0,01
|
0,25
|
0,004
|
0,27
|
0,3
|
0,09
|
0,09
|
0,35
|
Semanu
|
1,09
|
91,84
|
8,161
|
0,07
|
0,284
|
0,022
|
0,23
|
0,55
|
0,18
|
0,07
|
0,23
|
Ponjong
|
1,13
|
88,35
|
11,65
|
0,04
|
0,318
|
0,015
|
0,21
|
0,51
|
0,19
|
0,07
|
0,24
|
Karangmojo
|
0,94
|
106,3
|
-6,31
|
0,1
|
0,435
|
0,021
|
0,28
|
0,44
|
0,09
|
0,11
|
0,32
|
Wonosari
|
0,24
|
413,5
|
-314
|
0,03
|
0,211
|
0,018
|
0,2
|
0,55
|
0,43
|
0,39
|
0,65
|
Playen
|
0,95
|
105,2
|
-5,25
|
0,06
|
0,277
|
0,019
|
0,26
|
0,53
|
0,18
|
0,09
|
0,35
|
Patuk
|
1,11
|
89,9
|
10,1
|
0,09
|
0,404
|
0,01
|
0,24
|
0,25
|
0,13
|
0,11
|
0,39
|
Gedangsari
|
1,17
|
85,28
|
14,72
|
0,02
|
0,368
|
0,007
|
0,26
|
0,4
|
0,09
|
0,08
|
0,34
|
Nglipar
|
1,11
|
90,43
|
9,569
|
0,1
|
0,469
|
0,01
|
0,22
|
0,3
|
0,17
|
0,08
|
0,27
|
Ngawen
|
1,68
|
59,6
|
40,4
|
0,02
|
0,168
|
0,012
|
0,19
|
0,21
|
0,11
|
0,06
|
0,27
|
Semin
|
1,22
|
81,72
|
18,28
|
0,03
|
0,341
|
0,01
|
0,29
|
0,26
|
0,12
|
0,09
|
0,36
|
C.1.
Analisis
· Berdasarkan
tabel penghitungan LQ diatas, sektor
basis di Kabupaten Gunungkidul hanya terdapat pada sektor pertanian. Bahkan
dari 18 kecamatan, 3 kecamatan sektor pertaniannya tidak bisa mencukupi
kebutuhan lokal wilayahnya yaitu Kecamatan Karangmojo, Wonosari dan Playen,
sehingga harus mendatangkan dari wilayah lain.
Ketiga kecamatan tersebut memang tidak dikembangkan untuk produksi
pertanian karena berada pada wilayah
perkotaan dan jumlah penduduknya besar. Delapan kecamatan yang berada pada
kawasan karst walaupun memberikan andil
yang kecil terhadap PDRB Kabupaten dari sektor pertanian, namun untuk
kebutuhan lokal bisa dicukupi dengan produksi sendiri bahkan mengekspor ke
wilayah lain. Hal ini salah satunya disebabkan karena jumlah penduduknya
sedikit.
· Dari
5 (lima) sub sektor pertanian diantaranya : tanaman bahan makanan memberikan
andil yang cukup besar, karena lahan petani selain ditanami padi, ketela juga
ditanami palawija. Tanaman ketela cocok
dikembangkan pada lahan kering, bila musim kemarau produksi ketela melimpah dan
selain dikonsumsi sebagai makanan pengganti beras juga diolah menjadi keripik
ketela dan bahan makan olahan lain yang bisa dipasarkan ke luar daerah. Pada sub sektor kehutanan, tanaman yang cocok
pada lahan dengan kondisi tanah kering dan berbatu yaitu tanaman keras (jati,
akasia, mahoni), dikembangkan dengan model hutan rakyat. Dari sub sektor
peternakan, masyarakat mengembangkan dan memelihara hewan peliharaan dengan
model penggemukan sapi, kambing, dan ayam pedaging. Pada sub sektor perikanan
juga memberikan andil, karena mulai digerakan program satu rumah satu kolam
dengan model “LELAKI SINTAL” = Lele
Lahan Kering Sistem Terpal, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan.
· Analisis
sektor pertambangan. Jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan
penggalian dikelompokkam ke dalam tiga sub sektor, yaitu pertambangan migas,
pertambangan non migas dan penggalian. Dari ketiga jenis tersebut, hanya
subsektor penggalian yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul yaitu, galian C
(kalsit, kaolin, batu gamping dan keprus).
Bahkan sekarang untuk penggalian tambang batu pada kawasan karst
dilarang dengan diterbitkannya Surat Edaran Bupati Gunungkidul guna menjaga
ekosistem karst yang merupakan kawasan lindung.
Namun hal ini sangat dilematis karena alasan untuk mencukupi kebutuhan
hidup, sehingga sebagian warga tetap melakukan kegiatan penambangan di kawasan
karst.
· Kecamatan
Wonosari yang daerahnya merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan perdagangan
tidak memiliki sektor basis, hal ini karena jumlah penduduk Wonosari paling besar, yaitu 79.359 jiwa atau 11,7%
dari total penduduk di Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah 75,51 km2
atau 5% dari luas wilayah Kabupaten
Gunungkidul. Untuk sektor perdagangan,
hotel dan restoran memiliki nilai LQ sebesar 0,55. Pada sektor jasa-jasa nilai LQ sebesar 0,65
merupakan angka terbesar bila dibandingkan dengan kecamatan yang lain, hal ini
karena sebagian besar fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, fasilitas umum,
gedung pemerintahan, dan hiburan berada di kecamatan Wonosari.
D. KESIMPULAN
Kabupaten
Gunungkidul merupakan daerah tertinggal, hal ini disebabkan karena kondisi
geografis yang kering dan kurang subur menjadi faktor tidak menguntungkan bagi
pembangunan, sehingga wajar bila pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul
selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota lain di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dari
analisis PDRB dan analisis LQ menunjukan, bahwa sektor pertanian masih
merupakan sektor basis dan potensial, begitu juga industri dan perdagangan
perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan, namun tentunya harus
mempertimbangkan jenis komoditas yang akan dikembangkan untuk disesuaikan
dengan kondisi tanah yang ada, keterbatasan sumber daya air, serta keterbatasan
dalam pengembangan teknologi budidaya lahan kering.
Perlu
menetapkan beberapa kebijakan dalam pembangunan di tingkat kecamatan. Pemerataan pembangunan, investasi dan
pembinaan teknis perlu diarahkan pada kecamatan-kecamatan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi relatif rendah di bandingkan daerah lain.
Masih
perlu digali potensi wisata alam karst yang banyak terdapat di Kabupaten
Gunungkidul diantaranya, pantai-pantai dengan dinding terjal, goa-goa dan
sungai bawah tanah air terjun dan pemandangan bukit-bukit karst. Hal seperti ini perlu mendapat respon dengan
meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan agar akses ke daerah wisata
menjadi mudah, karena pengembangan potensi ini sangat mendukung bagi kemajuan
perekonomian wilayah kecamatan yang berada pada kawasan karst.
DAFTAR PUSTAKA
BPS
Kabupaten Gunungkidul, Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul
2011.
BPS Kabupaten Gunungkidul, Gunungkidul Dalam
Angka 2012
Bappeda,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar