Rabu, 05 Februari 2014

ANALISIS BASIS EKONOMI WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL



TUGAS MATA KULIAH
EKONOMI WILAYAH
(Dosen : Dr. A. Nixia Tanriawaru, S.P., M.Si.)
Nama : WASIDI                    NIM : P02 0421 2510--Mahasiswa Pascasarjana UNHAS
 

A. PENDAHULUAN

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan luas wilayah 1.485,36 km2.  Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada Tahun 2011 sebesar 677.999 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Wonosari sebesar 79.359 jiwa, dan terkecil di Kecamatan Purwosari sebesar 19.493 jiwa.  Sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan disajikan dalam Gambar 1. 
Gambar 1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Gunungkidul Menurut Kecamatan
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah tertinggal, terkenal sebagai daerah kering dan kurang subur, sehingga wajar bila pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi  kabupaten dan kota lain di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekitar 53,70% dari luas total Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan karst yang berbukit-bukit dengan daya dukung rendah terhadap perekonomian masyarakat. Berdasarkan wilayah pengembangan, kawasan karst terdapat pada zona selatan yang meliputi 8 (delapan) kecamatan , yaitu: Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, dan Girisubo.   Lahan pertanian Kabupaten Gunungkidul terdiri dari sawah irigasi teknis (130 ha), sawah irigasi setengah teknis (1.092 ha), sawah irigasi sederhana (1.051 ha), sawah irigasi non PU/desa 978 ha), sawah tadah hujan/tegal (5.514 ha) dan kolam/tambak (108 ha).  Sedangkan sebagian besar lahan pertanian yang ada merupakan lahan kering tadah hujan yang biasanya diusahakan untuk usaha tani padi, ketela, palawija, maupun tanaman jangka panjang.

B. ANALISA PDRB

Salah satu keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi. PDRB Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan positif  yaitu 3.474.288 juta rupiah, naik sebesar 144.209 juta dari PDRB tahun 2010 yang hanya sebesar 3.330.079 juta rupiah. PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Gunungkidul 2010-2011 disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1.  PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Gunungkidul 2010-2011.

No
Lapangan Usaha
2010
2011
1.
Pertanian
1.268.080
1.275.104
2.
Industri Pengolahan
58.472
64.730
3.
Pertambangan dan Galian
368.423
398.588
4.
Listrik, Gas & Air Bersih
18.999
19.777
5.
Bangunan
279.518
299.722
6.
Perdagangan, Hotel & Restoran
496.688
518.641
7.
Angkutan & Komunikasi
234.644
246.973
8.
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
159.910
176.430
9.
Jasa-jasa
445.345
474.322

PDRB atas dasar harga konstan 2000
3.330.079
3.474.288

Dilihat dari struktur ekonomi, penyumbang utama perekonomian Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2011 didominasi dari sektor pertanian (36,70%), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (14,93), sektor jasa-jasa (13,65%) , serta sektor industri pengolahan (11,47%).  Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor/Lapangan Usaha di Kabupaten Gunungkidul  pada Tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.  Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor di Kabupaten Gunungkidul  pada Tahun 2011

Program Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk menjadikan wilayah kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, tentu memerlukan informasi yang lengkap dan akurat tentang perkembangan perekonomian wilayah sampai tingkat kecamatan. Salah satu tolok ukur perkembangan ekonomi wilayah tersebut adalah angka PDRB.  PDRB kecamatan dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mempertajam arah investasi dan pengembangan kegiatan sektoral sesuai dengan karakteristik atau potensi masing-masing wilayah kecamatan.
Besarnya PDRB kecamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas wilayah, tingkat produktivitas/teknologi, investasi, dan tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai. PDRB Kecamatan atas dasar harga konstan 2000 menurut Sektor/lapangan usaha di Kabupaten Gunungkidul 2011 disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.  PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor di Kabupaten Gunungkidul 2011.

Kecamatan
Sektor
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Jumlah
Panggang
63.414
2.110
11.101
645
8.677
7.409
7.960
2.971
15.612
119.899
Purwosari
41.601
665
11.314
159
9.127
10.016
6.287
3.209
14.538
96.916
Paliyan
69.859
2.605
16.002
608
11.652
7.279
6.619
4.240
17.348
136.212
Saptosari
102.077
1.140
10.229
713
11.779
13.052
6.769
3.892
16.128
165.779
Tepus
58.257
1.213
16.254
485
13.696
12.448
5.672
4.389
17.303
129.717
Tanjungsari
62.789
723
15.595
397
11.148
14.817
3.366
4.807
16.541
130.183
Rongkop
57.374
1.256
9.410
893
12.582
12.253
5.580
4.481
17.696
121.525
Girisubo
59.355
609
10.868
164
11.782
12.833
3.735
4.006
15.168
118.520
Semanu
97.507
6.365
25.422
1.996
20.185
49.687
15.854
6.358
20.621
243.995
Ponjong
113.735
4.420
31.979
1.465
21.560
51.443
18.947
6.534
23.719
273.802
Karangmojo
78.063
8.224
36.091
1.754
23.403
36.155
7.293
8.961
26.186
226.130
Wonosari
50.180
5.507
43.787
3.822
42.494
114.111
89.283
81.149
135.089
565.422
Playen
96.113
6.494
27.989
1.965
26.114
53.519
18.498
9.586
35.345
275.623
Patuk
63.831
4.895
23.208
596
13.687
14.090
7.526
6.212
22.306
156.351
Gedangsari
55.984
943
17.571
351
12.369
18.924
4.127
3.784
16.033
130.086
Nglipar
72.995
6.415
30.928
684
14.376
19.798
11.444
5.581
17.637
179.858
Ngawen
47.611
4.961
27.015
924
11.101
16.725
10.522
4.055
18.087
141.001
Semin
84.360
6.183
33.825
2.156
23.992
54.081
17.491
12.217
28.965
263.270
Jumlah
1.275.105
64.728
398.588
19.777
299.724
518.640
246.973
176.432
474.322
3.474.289

Berdasarkan  PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kecamatan Wonosari memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten sebesar 565.422 milyar atau mencapai 16,27%. Tingginya PDRB kecamatan Wonosari ini antara lain disebabkan oleh terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di kecamatan ini seperti kegiatan perdagangan, jasa, perbankan, dan sektor angkutan dan komunikasi.  Sedangkan kecamatan dengan PDRB terendah adalah Purwosari sebesar 96.916 milyar atau andil 2,79% terhadap PDRB Kabupaten. Kecamatan Purwosari dan 7 (tujuh) kecamatan yang lain termasuk dalam PDRB rendah karena terletak di zona selatan dengan topografi berbukit-bukit kapur yang memiliki daya dukung terhadap perekonomian rendah. Untuk sebaran PDRB Kabupaten Gunungkidul Atas Dasar Harga Konstan menurut Kecamatan Tahun 2011 sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 3.

Gambar 3.  Sebaran PDRB Kabupaten Gunungkidul Atas Dasar Harga Konstan menurut Kecamatan Tahun 2011

Sebaran nilai tambah sektor dari tingkat kecamatan di Kabupaten Gunungkidul struktur ekonominya masih didominasi oleh sektor pertanian.  Sektor ini paling menonjol terletak di Kecamatan Ponjong yang mencapai 8,92% dari nilai tambah sektor pertanian di Kabupaten Gunungkidul, diikuti Saptosari, Semanu, dan Playen. Kecamatan Purwosari memberikan kontribusi terendah dari sektor pertanian hanya sebesar 3,26%.  Sebaran nilai tambah sektor pertanian menurut kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Sebaran Nilai Tambah Sektor Pertanian menurut Kecamatan Tahun 2011.

C. ANALISIS LOCATION QOUTION (LQ)
Pertumbuhan ekonomi wilayah ditentukan oleh pertumbuhan sektor produksi yang terdiri dari sektor basis dan sektor non basis.  Pertumbuhan kedua sektor ini akan meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kesempatan kerja.  Sektor produksi yang kegiatannnya berorientasi pada pemenuhan pasar diluar wilayah disebut sektor basis, sedangkan sektor non-basis berorientasi pada pemenuhan pasar lokal.  Salah satu metode untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan melihat sektor basis dan non-basis menggunakan metode location quotion (LQ). Kajian LQ memfokuskan pada masalah peranan suatu sektor terhadap keseluruhan, dengan rumus sebagai berkikut :
Dimana :
LQ = koefisien Location Qoution
Qi  = output sektor i regional (dalam analisis ini kabupaten)
Qn = out put total regional (dalam analisis ini kabupaten)
qi   = out put sektor i regional (dalam analisis ini kecamatan)
qr  = out put total regional (dalam analisis ini kecamatan)
Jika :   LQ > 1, disebut sektor basis (outputnya mampu diekspor ke luar wilayah)
            LQ < 1, disebut sektor non-basis (cendrung mengimpor dari wilayah lain)
            LQ = 1, tingkat spesialisasi wilayah perencanaan  sama    dengan tingkat nasional (sektor yang dikembangkan = yang  dikembangkan wilayah diatasnya).
Kondisi sebaran sektor basis dan non-basis menurut kecamatan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Nilai LQ Masing-Masing Sektor Menurut Kecamatan
Kecamatan
Sektor
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

LQ
lokal
Ekspor /impor
LQ
LQ
LQ
LQ
LQ
LQ
LQ
LQ
Panggang
1,44
69,39
30,61
0,05
0,25
0,02
0,2
0,17
0,18
0,07
0,35
Purwosari
1,17
85,5
14,5
0,02
0,32
0,01
0,26
0,28
0,18
0,09
0,41
Paliyan
1,4
71,56
28,44
0,05
0,32
0,012
0,23
0,15
0,13
0,08
0,35
Saptosari
1,68
59,6
40,4
0,02
0,168
0,012
0,19
0,21
0,11
0,06
0,27
Tepus
1,22
81,72
18,28
0,03
0,341
0,01
0,29
0,26
0,12
0,09
0,36
Tanjungsari
1,31
76,09
23,91
0,02
0,326
0,008
0,23
0,31
0,07
0,1
0,35
Rongkop
1,29
77,74
22,26
0,03
0,211
0,02
0,28
0,27
0,13
0,1
0,4
Girisubo
1,36
73,28
26,72
0,01
0,25
0,004
0,27
0,3
0,09
0,09
0,35
Semanu
1,09
91,84
8,161
0,07
0,284
0,022
0,23
0,55
0,18
0,07
0,23
Ponjong
1,13
88,35
11,65
0,04
0,318
0,015
0,21
0,51
0,19
0,07
0,24
Karangmojo
0,94
106,3
-6,31
0,1
0,435
0,021
0,28
0,44
0,09
0,11
0,32
Wonosari
0,24
413,5
-314
0,03
0,211
0,018
0,2
0,55
0,43
0,39
0,65
Playen
0,95
105,2
-5,25
0,06
0,277
0,019
0,26
0,53
0,18
0,09
0,35
Patuk
1,11
89,9
10,1
0,09
0,404
0,01
0,24
0,25
0,13
0,11
0,39
Gedangsari
1,17
85,28
14,72
0,02
0,368
0,007
0,26
0,4
0,09
0,08
0,34
Nglipar
1,11
90,43
9,569
0,1
0,469
0,01
0,22
0,3
0,17
0,08
0,27
Ngawen
1,68
59,6
40,4
0,02
0,168
0,012
0,19
0,21
0,11
0,06
0,27
Semin
1,22
81,72
18,28
0,03
0,341
0,01
0,29
0,26
0,12
0,09
0,36

C.1.  Analisis
·      Berdasarkan tabel penghitungan LQ diatas, sektor basis di Kabupaten Gunungkidul hanya terdapat pada sektor pertanian. Bahkan dari 18 kecamatan, 3 kecamatan sektor pertaniannya tidak bisa mencukupi kebutuhan lokal wilayahnya yaitu Kecamatan Karangmojo, Wonosari dan Playen, sehingga harus mendatangkan dari wilayah lain.  Ketiga kecamatan tersebut memang tidak dikembangkan untuk produksi pertanian karena berada  pada wilayah perkotaan dan jumlah penduduknya besar. Delapan kecamatan yang berada pada kawasan karst walaupun memberikan andil  yang kecil terhadap PDRB Kabupaten dari sektor pertanian, namun untuk kebutuhan lokal bisa dicukupi dengan produksi sendiri bahkan mengekspor ke wilayah lain. Hal ini salah satunya disebabkan karena jumlah penduduknya sedikit.
·      Dari 5 (lima) sub sektor pertanian diantaranya : tanaman bahan makanan memberikan andil yang cukup besar, karena lahan petani selain ditanami padi, ketela juga ditanami palawija.  Tanaman ketela cocok dikembangkan pada lahan kering, bila musim kemarau produksi ketela melimpah dan selain dikonsumsi sebagai makanan pengganti beras juga diolah menjadi keripik ketela dan bahan makan olahan lain yang bisa dipasarkan ke luar daerah.  Pada sub sektor kehutanan, tanaman yang cocok pada lahan dengan kondisi tanah kering dan berbatu yaitu tanaman keras (jati, akasia, mahoni), dikembangkan dengan model hutan rakyat. Dari sub sektor peternakan, masyarakat mengembangkan dan memelihara hewan peliharaan dengan model penggemukan sapi, kambing, dan ayam pedaging. Pada sub sektor perikanan juga memberikan andil, karena mulai digerakan program satu rumah satu kolam dengan model “LELAKI SINTAL” = Lele Lahan Kering Sistem Terpal, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan.
·      Analisis sektor pertambangan. Jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkam ke dalam tiga sub sektor, yaitu pertambangan migas, pertambangan non migas dan penggalian. Dari ketiga jenis tersebut, hanya subsektor penggalian yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul yaitu, galian C (kalsit, kaolin, batu gamping dan keprus).  Bahkan sekarang untuk penggalian tambang batu pada kawasan karst dilarang dengan diterbitkannya Surat Edaran Bupati Gunungkidul guna menjaga ekosistem karst yang merupakan kawasan lindung.  Namun hal ini sangat dilematis karena alasan untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga sebagian warga tetap melakukan kegiatan penambangan di kawasan karst.
·      Kecamatan Wonosari yang daerahnya merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan perdagangan tidak memiliki sektor basis, hal ini karena jumlah penduduk Wonosari  paling besar, yaitu 79.359 jiwa atau 11,7% dari total penduduk di Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah 75,51 km2 atau  5% dari luas wilayah Kabupaten Gunungkidul. Untuk sektor  perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai LQ sebesar 0,55.  Pada sektor jasa-jasa nilai LQ sebesar 0,65 merupakan angka terbesar bila dibandingkan dengan kecamatan yang lain, hal ini karena sebagian besar fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, fasilitas umum, gedung pemerintahan, dan hiburan berada di kecamatan Wonosari.

D. KESIMPULAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah tertinggal, hal ini disebabkan karena kondisi geografis yang kering dan kurang subur menjadi faktor tidak menguntungkan bagi pembangunan, sehingga wajar bila pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi  kabupaten dan kota lain di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dari analisis PDRB dan analisis LQ menunjukan, bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor basis dan potensial, begitu juga industri dan perdagangan perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan, namun tentunya harus mempertimbangkan jenis komoditas yang akan dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi tanah yang ada, keterbatasan sumber daya air, serta keterbatasan dalam pengembangan teknologi budidaya lahan kering.
Perlu menetapkan beberapa kebijakan dalam pembangunan di tingkat kecamatan.  Pemerataan pembangunan, investasi dan pembinaan teknis perlu diarahkan pada kecamatan-kecamatan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi relatif rendah di bandingkan daerah lain.
Masih perlu digali potensi wisata alam karst yang banyak terdapat di Kabupaten Gunungkidul diantaranya, pantai-pantai dengan dinding terjal, goa-goa dan sungai bawah tanah air terjun dan pemandangan bukit-bukit karst.  Hal seperti ini perlu mendapat respon dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan agar akses ke daerah wisata menjadi mudah, karena pengembangan potensi ini sangat mendukung bagi kemajuan perekonomian wilayah kecamatan yang berada pada kawasan karst. 


DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Gunungkidul, Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul 2011.

BPS Kabupaten Gunungkidul, Gunungkidul Dalam Angka 2012
Bappeda, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar